![]() |
Hutan tropis di dalam salah satu gedung mal di Kuala Lumpur |
Brickfields terkenal sebagai Little India-nya Kuala Lumpur dikarenakan pengaruh etnis India yang sangat dominan di area ini. Buktinya, kami bisa dengan mudah menemukan toko-toko yang menjual kain sari, CD film Bollywood maupun lagu-lagu India. Maka, jika kami ditraktir makan di sini oleh host kami, sudah pasti berarti makan makanan India seperti roti canai dan teh tarik. Ada banyak macam roti India yang tersedia di sini dengan berbagai nama, terkadang kami pun tak mampu membedakannya. Pokoknya, kami memilih yang pedas. Cukup disayangkan mereka tidak punya teh tarik three layers seperti di Penang.
Setelah selesai sarapan, kami ikut host kami ke sebuah pasar modern-semacam pasar tradisional namun yang sudah direvitalisasi-dimana kami melihat beberapa buah-buahan dan sayur-sayuran yang asing di mata kami. Meski ada beberapa di antaranya yang kami kenal, tapi rata-rata ukurannya jauh lebih besar daripada yang ada di Indonesia.
![]() |
Di area Brickfields bersama dengan ketiga host kami |
![]() |
Pasar modern yang sangat bersih seperti telah direvitalisasi. |
![]() |
Berjalan-jalan di tengah hutan dalam gedung |
![]() |
Nongkrong sambil baca koran di Secret Garden |
Nisha dan Lymun kemudian membawa kami dan mendrop kami di Mid Valley Megamall, yang meskipun tidak sebesar One Utama tapi tetap termasuk adalam salah satu mal terbesar di Malaysia maupun di dunia. Nyatanya, pada saat itu ada empat mal di Malaysia yang masuk dalam top 15 terbesar di dunia, yaitu One Utama (4), Mid Valley Megamall (8), Sunway Piramid (9), dan Berjaya Times Square (14). Sementara mal terbesar di Indonesia, Mal Artha Gading, hanya mendapat tempat ke 17. Waktu itu hari Minggu jadi pengunjung mal sedang banyak-banyaknya. Tak terlalu suka akan keramaian, kami tidak berlama-lama di situ dan segera pergi ke pusat kota naik kereta komuter. Mid Valley Megamall ini terkoneksi dengan stasiun komuter. Jadi dapat dikatakan akses dari dan ke tempat ini sangat baik.
Kami naik kereta komuter ke Stasiun Kuala Lumpur. Stasiun inilah yang menjadi stasiun utama KL sejak dari zaman kolonial sebelum KL Sentral dibuka pada tahun 2001. Sebenarnya, Indonesia juga punya banyak stasiun kereta komuter dari era kolonial, tapi sayangnya tidak semua terawat dengan baik sehingga terkesan kotor dan kumuh. Negeri kita tercinta memang sepertinya memiliki masalah dalam hal merawat barang peninggalan.
Kami naik kereta komuter ke Stasiun Kuala Lumpur. Stasiun inilah yang menjadi stasiun utama KL sejak dari zaman kolonial sebelum KL Sentral dibuka pada tahun 2001. Sebenarnya, Indonesia juga punya banyak stasiun kereta komuter dari era kolonial, tapi sayangnya tidak semua terawat dengan baik sehingga terkesan kotor dan kumuh. Negeri kita tercinta memang sepertinya memiliki masalah dalam hal merawat barang peninggalan.
![]() |
Stasiun Kereta Api Kuala Lumpur |
Tapi bukannya masuk ke sana, kami justru mengikuti Jalan Perdana terus hingga jalannya menanjak dan memasuki area Taman Tasik Perdana alias Lake Gardens. Kami melewati beberapa tempat seperti Memorial Tun Abdul Razak dan KL Bird Park tapi kemudian kami tidak meneruskan perjalanan, bahkan sebelum menemukan danau yang menjadi daya tarik utama taman itu. Tentu sangat melelahkan untuk mengelilingi Lake Gardens yang luasnya 90-an hektar ini dengan berjalan kaki. Ada masih banyak atraksi lain di dalamnya seperti Deer Park, Hibiscus Garden, Orchid Garden, serta National Monument. Untuk mengunjungi semuanya, disarankan untuk naik taksi. Jika hanya ingin mengunjungi beberapa di antaranya, kita bisa berjalan kaki namun mesti betul-betul tahu kemana arah yang dituju. Masalahnya, kebanyakan peta Lake Gardens cukup membingungkan karena tidak menunjukkan perbedaan ketinggian permukaan tanah.
Kembali ke stasiun lama, sekarang kami keluar lewat sisi yang lainnya untuk ke stasiun LRT Pasar Seni. Kedua stasiun ini terkoneksi dengan jembatan pejalan kaki yang melintang di atas Sungai Klang. Di dekat stasiun LRT, ada banyak bus gratis GoKL terparkir. Naiklah kami ke dalam bus itu guna berkeliling area pusat kota secara cuma-cuma. Bahkan di dalam bus ada koneksi wifi-nya loh. Bus inilah yang selalu menjadi transportasi andalan kami di pusat kota KL.
Kami turun di area Bukit Bintang, tepatnya di Pavilion KL, sebuah mal yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan dua mal sebelumnya karena terletak di pusat kota yang sudah tidak menyediakan banyak lahan. Selain air mancur di depan mal yang ikonik, Pavillion KL juga terkenal dengan hiasan-hiasan interiornya yang selalu disesuaikan dengan musim liburan tertentu. Kami tidak masuk ke dalam mal ini karena kami tahu akan sangat ramai dan lagipula kami tidak berniat membeli apa-apa. Jadi kami lanjut berjalan ke arah Berjaya Times Square dan makan di seberangnya. Berjaya Times Square merupakan sebuah mal lainnya di KL yang membuat kami jatuh cinta pada kunjungan pertama. Saat itu kami menghabiskan banyak waktu di sana namun tetap tidak terasa cukup. Kini kami pun tidak sempat masuk ke mal ini karena kami tidak mau terlalu malam kembali ke rumah host kami. Kami berjanji akan datang ke sini lagi lain kali.
Dari samping mal, kami naik bus Go KL lagi yang membawa kami ke area KLCC. Di sepanjang perjalanan kami cukup menikmati pemandangan malam ibukota dengan lampu gedung-gedungnya yang menyala terang. KL memang masih tetap menarik meskipun sudah dikunjungi beberapa kali. Atraksi-atraksinya banyak dan tingkat kemudahan transportasinya pun cukup baik.
Kami turun di area Bukit Bintang, tepatnya di Pavilion KL, sebuah mal yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan dua mal sebelumnya karena terletak di pusat kota yang sudah tidak menyediakan banyak lahan. Selain air mancur di depan mal yang ikonik, Pavillion KL juga terkenal dengan hiasan-hiasan interiornya yang selalu disesuaikan dengan musim liburan tertentu. Kami tidak masuk ke dalam mal ini karena kami tahu akan sangat ramai dan lagipula kami tidak berniat membeli apa-apa. Jadi kami lanjut berjalan ke arah Berjaya Times Square dan makan di seberangnya. Berjaya Times Square merupakan sebuah mal lainnya di KL yang membuat kami jatuh cinta pada kunjungan pertama. Saat itu kami menghabiskan banyak waktu di sana namun tetap tidak terasa cukup. Kini kami pun tidak sempat masuk ke mal ini karena kami tidak mau terlalu malam kembali ke rumah host kami. Kami berjanji akan datang ke sini lagi lain kali.
Dari samping mal, kami naik bus Go KL lagi yang membawa kami ke area KLCC. Di sepanjang perjalanan kami cukup menikmati pemandangan malam ibukota dengan lampu gedung-gedungnya yang menyala terang. KL memang masih tetap menarik meskipun sudah dikunjungi beberapa kali. Atraksi-atraksinya banyak dan tingkat kemudahan transportasinya pun cukup baik.
![]() |
The Twin Towers at Night |
i love reading your traveling blog.
BalasHapusyour English is improved so well, buddy.
envy you a little, but i still love you. *hug* haha!!
i'd love to go with you someday sometimes in the future.
keep traveling, keep writing, and keep going!
fajar.
hi dwi .. i think your traveling blog is very good and cool >.<
BalasHapusi can learn about indonesian because of you
so thankyou ...
stay cool dwi :D
Thanks, candyMoon
BalasHapus