24 Desember 2013

KuaTour (Bag.2): Jalan-Jalan Itu Ibadah


Hujan cukup deras mengguyur KL sesaat sebelum kami memulai tur pada hari ini. Namun, fenomena alam ini untungnya tidak sampai menunda apa yang telah dijadwalkan. Berbekal payung seadanya, kami semua berhasil menembus hujan hingga tiba di hub transportasi Pasar Seni yang terhubung dengan stasiun lama Kuala Lumpur melalui jalur pejalan kaki beratap. Stasiun lama ini merupakan sebuah atraksi tersendiri. Saat kami baru tiba di sana kereta komuter ke Batu Caves sudah bersedia berlepas. Saat kami hampiri, pintunya tertutup. Kami terlambat naik kereta itu jadi kami harus menunggu kereta selanjutnya. Tak apalah, hitung-hitung kami jadi punya cukup waktu untuk mengamati stasiun peninggalan era kolonial yang terawat dengan baik ini.

23 Desember 2013

KuaTour (Bag.1): Hujan Tak Menghentikanku

Kembali lagi ke Kuala Lumpur, kali ini kami tidak hanya datang sebagai turis biasa tapi juga sebagai pemandu wisata untuk keempat teman kami yang baru pertama kali bertandang ke sini. Tur perdana yang merupakan sebuah pencapaian penting bagi kami ini dinamakan 'KuaTour', singkatan dari Kuala Lumpur Tour, tapi yang juga terdengar seperti 'ku atur'. Artinya, tur ini sudah diatur sedemikian rupa sehingga para peserta tidak perlu repot-repot mempersiapkan tiket pesawat, hotel, dan susunan rencana perjalanan sendiri. Namun di sisi lain, mereka juga masih punya kesempatan untuk benar-benar merasakan pengalaman otentik yang tidak bisa didapatkan oleh turis-turis yang menggunakan bus wisata. Untuk masalah akomodasi, kami memilih tinggal dekat dengan Central Market di Chinatown yang sering menjadi pilihan utama para pelancong hemat karena lokasinya yang sangat strategis.
Tur dimulai pada jam 6 pagi waktu setempat ketika langit masih gelap. Kami berjalan kaki ke tiga kuil tua yang terletak saling berdekatan di Chinatown. Kuil pertama yang kami sambangi adalah sebuah kuil Sikh bernama Gurdwara Sahib Polis yang cukup asing bagi kami karena agama Sikh hampir tidak pernah terdengar di tanah air. Oleh pemerintah kolonial Inggris, tempat ibadah ini dimaksudkan bagi para opsir polisi Sikh, namun sekarang kuil tersebut terbuka bagi siapapun, bahkan untuk non-penganut seperti kami. Untuk masuk ke dalam, kami diwajibkan untuk mengenakan ikat kepala yang telah disediakan oleh pihak kuil. Tidak tahu cara memakainya, kami tidak jadi masuk ke dalam gedung karena takut akan mengganggu kenyamanan para umat yang sudah mulai berdatangan ke kuil itu. Orang-orang Sikh ini dapat dengan mudah dikenali dengan wajah India mereka ditambah jenggot panjang, ikat kepala khas, serta namanya (Singh untuk pria dan Kaur untuk wanita).

Peta Dunia TRAVELdonk

Peta Dunia TRAVELdonk