![]() |
Patung Paman Ho di depan gedung balai kota |
Meskipun bukan merupakan ibukota negara, namun Ho Chi Minh City adalah kota terbesar di Vietnam. Maka otomatis, Bandara Internasional Tân Sơn Nhất yang jaraknya tak seberapa jauh dari pusat kota tersebut juga menjadi bandara tersibuk di negara berhaluan komunis itu. Dari bandara, kami cukup naik bus lokal yang murah meriah namun nyaman, ber-AC, dan bebas asap rokok. Bus-bus di sini juga hanya berhenti di perhentian bus yang ditentukan, jadi tidak seperti Metromini/Kopaja yang bebas menaikturunkan penumpang di mana pun. Dengan memiliki dasar yang baik seperti ini, ke depannya saya rasa sistem pengangkutan di Vietnam dapat lebih maju daripada di Indonesia yang orang-orangnya sudah terlalu terbiasa bisa turun di mana saja yang dikehendakinya.
Kami turun di terminal dekat Pasar Bến Thành yang letaknya boleh dikatakan sangat terpusat dan dekat dengan kawasan penginapan backpacker Pham Ngu Lao. Namun kali ini kami tidak tinggal di sana karena kami menumpang di rumah sepasang kekasih Tiongkok-Jerman yang rumahnya ada di dekat bundaran Ngã sáu Phù Đổng, jaraknya hampir satu kilometer dari tempat kami turun tadi, namun dapat ditempuh dengan nyaman dengan berjalan kaki melalui taman kota Công viên 23 tháng 9 alias Taman 23 September yang tertata rapi.