22 Juni 2015

Berkelana di Negeri Paman Ho

Patung Paman Ho di depan gedung balai kota
Setelah puas berbulan madu di negeri jiran Malaysia, kini giliran negeri Paman Ho yang kami sambangi. Vietnam memiliki panggilan akrab demikian dikarenakan oleh bapak bangsa bernama Ho Chi Minh yang berjasa mengusir negara adikuasa Amerika Serikat dari tanah airnya pada saat Perang Vietnam. Nama beliau pun diabadikan menjadi nama kota pengganti Saigon yaitu Ho Chi Minh City. 

Meskipun bukan merupakan ibukota negara, namun Ho Chi Minh City adalah kota terbesar di Vietnam. Maka otomatis, Bandara Internasional Tân Sơn Nhất yang jaraknya tak seberapa jauh dari pusat kota tersebut juga menjadi bandara tersibuk di negara berhaluan komunis itu. Dari bandara, kami cukup naik bus lokal yang murah meriah namun nyaman, ber-AC, dan bebas asap rokok. Bus-bus di sini juga hanya berhenti di perhentian bus yang ditentukan, jadi tidak seperti Metromini/Kopaja yang bebas menaikturunkan penumpang di mana pun. Dengan memiliki dasar yang baik seperti ini, ke depannya saya rasa sistem pengangkutan di Vietnam dapat lebih maju daripada di Indonesia yang orang-orangnya sudah terlalu terbiasa bisa turun di mana saja yang dikehendakinya.


Kami turun di terminal dekat Pasar Bến Thành yang letaknya boleh dikatakan sangat terpusat dan dekat dengan kawasan penginapan backpacker Pham Ngu Lao. Namun kali ini kami tidak tinggal di sana karena kami menumpang di rumah sepasang kekasih Tiongkok-Jerman yang rumahnya ada di dekat bundaran Ngã sáu Phù Đổng, jaraknya hampir satu kilometer dari tempat kami turun tadi, namun dapat ditempuh dengan nyaman dengan berjalan kaki melalui taman kota Công viên 23 tháng 9 alias Taman 23 September yang tertata rapi.

19 Juni 2015

Mlaku-Mlaku Melaka

Jika hendak berbulan madu ke luar negeri tapi enggan menghabiskan terlalu banyak biaya, pergilah ke Melaka. Kota yang disebut-sebut sebagai 'Venesia dari timur' ini memang cocok bagi pasangan yang baru menikah karena suasanya yang romantis terutama di sepanjang sungainya. Kota tua ini merupakan surga bagi pecinta sejarah maupun pemburu foto. Sekedar berjalan-jalan di sepanjang sungainya pun sudah sangat menyegarkan jiwa.

Melaka dapat dijangkau dengan mudah dari Kuala Lumpur maupun kota-kota lainnya di Malaysia. Saat itu kami berangkat dari Johor Bahru menggunakan bus. Sesampainya di Melaka Sentral, kami lanjut naik bus lokal no.17 dan turun langsung tepat di Dutch Square tempat ikon utama wisata Melaka berada; Christ Church. Dibangun oleh Belanda pada tahun 1753, gereja ini masih aktif dipakai beribadah hingga sekarang. Saat sedang tidak ada ibadah, pengunjung bebas masuk ke dalam tanpa dipungut biaya. Berfoto dengan latar belakang Christ Church sepertinya sudah menjadi agenda wajib para pelancong yang datang ke Melaka.

Bukan hanya Christ Church, tapi hampir semua bangunan di sekitar Dutch Square dicat merah. Salah satu bangunan lainnya yang menonjol adalah Stadhuys yang dulunya merupakan kantor pemerintahan kolonial Belanda. Kata stadhuys sendiri berpadanan dengan kata state house dalam bahasa Inggris. Kini bangunan tersebut dimanfaatkan sebagai museum.

17 Juni 2015

Menempuh Hidup Baru ke Johor Bahru



Sky Screen Johor Bahru

Hanya berselang tiga hari setelah menikah, kami berdua melakukan perjalanan bulan madu ke luar negeri. Johor Bahru adalah kota pertama yang kami kunjungi dari rangkaian honeymoon trip ini. Alasan mengapa kami memilih Johor adalah karena pada saat itu penerbangan langsung Yogyakarta-Johor Bahru merupakan 'jembatan' termurah bagi kami yang tinggal di Purwokerto untuk ke luar negeri. Akibat kurangnya peminat rute ini, tak jarang pulang pula kursi penerbangan diobral secara percuma oleh Air Asia.  

Dari Bandara Internasional Senai, Johor, disediakan bus gratis ke pusat kota JB Sentral bagi penumpang Air Asia, membuat pilihan penerbangan ini menjadi lebih ekonomis lagi. JB Sentral merupakan terminal bus yang terintegrasi dengan pusat perbelanjaan modern dan juga perlintasan untuk menyeberang ke Singapura. Hotel-hotel bagus Johor Bahru pun dapat ditempuh dengan berjalan kaki saja dari sini, seperti halnya hotel bintang 4 yang kami inapi malam ini. Biasanya saat traveling bersama, kami menginap di penginapan murah ataupun menumpang di rumah orang lokal menggunakan aplikasi Couchsurfing, namun karena perjalanan kali ini sangat spesial kami memanjakan diri dengan menginap di Puteri Pacific Hotel yang hraganya murah sekali untuk hotel sekelasnya. Dengan promo, kami hanya membayar kurang dari 100 ringgit! Fasilitas di hotel ini sungguh top, cocok untuk ber-staycation.

Peta Dunia TRAVELdonk

Peta Dunia TRAVELdonk