28 Juni 2016

Mandalay dan Sekitarnya

Pemandangan Mandalay
Menyadari banyak tempat menarik di sekitar Mandalay yang tidak terjangkau oleh sepeda, hari ini kami menyewa sepeda motor dari hotel tempat kami menginap. Pertama-tama kami menuju ke Mandalay Hill alias Bukit Mandalay yang batal kami kunjungi kemarin meskipun kami sudah sempat sangat dekat dengan pintu masuknya. Jalan menanjak ke Bukit Mandalay tidaklah terlalu panjang namun cukup menantang jika Anda menempuhnya menggunakan sepeda tak bermotor. Sebagai alternatif, ada pula 1.729 anak tangga dari kaki bukit yang dapat didaki, bahkan katanya ada eskalator (namun kami tidak menemukannya).

Setibanya di lokasi, kami memarkir sepeda motor sewaan kami dan bergegas menuju pintu masuk utama dimana lagi-lagi kami harus melepas alas kaki kami sebelum menaiki tangga. Bukit Mandalay dianggap sebagai tempat suci karena konon Sang Buddha semasa hidupnya pernah berkunjung ke sini dan bernubuat bahwa akan ada sebuah kota besar yang didirikan di atas kaki bukit tersebut. Ironisnya, di sisi kanan dan kiri tangga banyak ditemui orang berjualan pernak-pernik sehingga tempat ini terkesan komersial. Untuk masuk ke tempat ini pun pengunjung harus membayar 1.000 kyat, tapi entah mengapa tidak ada yang menagih iuran ini kepada kami. Jadi kami tidak bisa banyak protes, apalagi setibanya di atas kami dihadiahi sebuah pemandangan indah kota Mandalay.

27 Juni 2016

Mengayuh Mandalay

Tipikal penampakan kuil Myanmar
Sebagai seorang pelancong, saya sering merasa iri pada negara tetangga Malaysia. Betapa tidak, pemegang paspor RI hanya dapat mengunjungi 58 negara tanpa visa, sedangkan Malaysia paspornya dapat dipakai untuk mengunjungi 154 negara tanpa visa termasuk di antaranya negara-negara Uni Eropa.

Secara umum paspor kita memang kalah sakti, namun ternyata ada sedikit keunggulannya dibandingkan paspor Malaysia, yaitu bebas masuk Myanmar tanpa visa. Baru saja membuka diri beberapa tahun lalu, negara dengan nama lain Burma ini menyimpan banyak pesona khas yang siap untuk disingkapkan. Sebagai pemegang paspor RI, kami merasa sayang jika sampai menyia-nyiakan kesempatan untuk datang ke 'Negeri Seribu Pagoda.

Akses masuk Myanmar yang dibuka bagi turis asing masih sangat terbatas, yaitu hanya melalui tiga bandara internasional. Kami memilih penerbangan termurah dari Bangkok yang saat itu jatuh pada Mandalay. Terletak di utara Myanmar, Mandalay sempat menjadi ibukota kerajaan pada masa lampau sehingga banyak sekali ditemukan bangunan-bangunan tua menarik di sekitarnya.

25 Juni 2016

Mengarungi "Tembok Pertahanan Samudera" Samut Prakan



Nama Samut Prakan memang tidak setenar Bangkok yang telah dikenal luas oleh semua orang di dunia, namun kota yang jaraknya hanya 30 km dari ibukota Thailand itu ternyata tidak hanya memiliki Bandara Internasional Suvarnabhumi tetapi juga banyak tempat yang tak kalah menarik untuk dikunjungi. Perjalanan kami mengunjungi tempat-tempat atraktif tersebut ditemani oleh tiga orang perempuan muda lokal -Tarn, Koi dan Pin- yang setia membantu kami memahami Thailand secara umum dan secara khususnya Samut Prakan yang merupakan area dengan jumlah penduduk terbanyak di Negeri Gajah Putih ini.

Kata samut berasal dari Bahasa Sansekerta samudra, sedangkan prakan berasal dari kata prakara yang artinya "tembok/benteng pertahanan". Jadi, Samut Prakan berarti "tembok pertahanan samudera". Pastinya ada alasannya mengapa tempat ini dinamakan demikian.

Maka tepat sekali apabila situs yang pertama kami berlima tuju adalah Fort Plaeng Faifah; sebuah benteng pertahanan tua dengan kondisi agak terbengkalai. Dulu ada banyak sekali benteng di sepanjang Sungai Chao Phraya, namun sekarang yang tersisa di sisi kanannya hanyalah benteng ini. Dengan mengunjungi sepotong kecil puzzle inilah, kami mendapatkan gambaran yang lebih besar lagi mengenai sejarah Thailand sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh bangsa barat.

24 Juni 2016

Harus Dicoba di Bangkok

Salah satu transportasi andalan penduduk Bangkok untuk menghindari kemacetan adalah perahu.
Tur eksklusif kami tanpa terasa telah memasuki penghujung acara dan kami tidak akan melewatkan hal-hal yang patut dicoba di Bangkok pada hari yang terakhir ini. Untuk catatan perjalanan tur pada hari sebelumnya dapat dibaca di sini.

Salah satu hal terbaik yang dapat dinikmati di Bangkok (dan kota-kota lainnya di Thailand) adalah makan sepuasnya alias buffet dengan harga terjangkau. Sebelumnya, kami juga pernah menikmati sajian buffet terjangkau di Hat Yai. Hotel tempat kami menginap menawarkan harga yang sangat masuk akal untuk sarapan buffet yaitu 180 baht per orang, bahkan bisa lebih murah 40 Baht jika saja kami memesan pada hari sebelumnya. Dengan uang yang kira-kira setara dengan Rp 70.000 itu, kami bisa menikmati berbagai jenis makanan, mulai dari nasi goreng, ayam, ikan, telur, daging, sosis, sayur-mayur dan buah-buahan. Saran saya sih, jangan lewatkan penawaran buffet seperti ini jika Anda ke Thailand. Dijamin tidak akan kecewa!

Well, setelah makan makanan empat sehat lima sempurna, kami pun dengan energi penuh melaksanakan agenda kami hari ini, yaitu berbelanja di Pratunam! Transportasi yang kami pilih kali ini adalah perahu yang mengarungi kanal Saen Saep. Cara ini dikenal kurang nyaman dan bau, namun di sisi lain juga murah, cepat dan efektif. Karena kami naik perahu pada jam orang berangkat kerja, kami pun harus menunggu beberapa perahu lewat hingga ada perahu yang sedikit lowong. Setelah melewati beberapa dermaga dan penumpang lainnya banyak yang turun, kami pun baru bisa duduk. Secara pribadi, saya salut terhadap kenek perahu ini (lihat gambar di atas) yang bisa menyeimbangkan diri berjalan di sela sempit sambil mengumpulkan ongkos dari para penumpang. Oh iya, ini cuma ada di Bangkok loh, jadi kalo datang ke sini pastikan naik transportasi yang satu ini!

23 Juni 2016

Mengandalkan Berbagai Macam Transportasi di Bangkok

Di halaman depan Wat Benchamabophit
Rencana perjalanan untuk tur eksklusif kami hari ini adalah mengunjungi satu tempat sebelum kami cek-out dan berpindah hotel. Untuk catatan perjalanan tur pada hari sebelumnya dapat dibaca di sini. Tempat yang akan kami datangi itu adalah Wat Benchamabophit. Kuil ini dibangun pada tahun 1899 seiring dengan selesainya pembangunan Istana Dusit yang jaraknya hanya selemparan batu dari situ. Banyak orang menganggap kuil ini adalah salah satu yang paling indah di Bangkok dan ternyata memang demikian adanya. Keindahan kuil ini terlihat bukan hanya dari atapnya yang berlapis-lapis, tetapi juga dari tembok bangunan utamanya yang terbuat dari marmer putih impor dari Italia. Tempat ini pun mendapat julukan 'Kuil Marmer' (The Marble Temple). Biaya masuk tempat wisata ini adalah sebesar 20 Baht. Karena masuk lewat pintu belakang, kami sempat berkeliaran di dalam kompleks kuil sebelum membeli tiket. Namun, jangan berpikir untuk masuk ke sini tanpa membeli tiket karena tiket akan diperiksa oleh petugas ketika hendak memasuki bangunan utama.

Duduk-duduk nongkrong di dalam bangunan utama
Patung-patung Buddha dengan berbagai pose
Pohon Bodhi di halaman belakang kuil ini didatangkan langsung dari India
Untuk mencapai Wat Benchamabophit, kami memilih bus lokal non-AC sebagai sarana transportasi. Bus di Bangkok meskipun armadanya banyak yang terlihat sudah sangat tua, tapi dari segi sistem masih lebih baik dibanding di Indonesia. Bus hanya berhenti di tempat-tempat pemberhentian yang telah ditentukan. Beberapa rute bus memiliki interval waktu kedatangan yang sangat pendek, namun bus no.72 yang hendak kami tumpangi ini lama sekali datangnya.

22 Juni 2016

Ketika Anak Baik-Baik Pergi ke Pattaya

Pemandangan kota Pattaya
Pattaya merupakan kota pinggir pantai yang berkembang pesat akibat pariwisata. Letaknya yang hanya sekitar 100 kilometer dari Bangkok membuat kunjungan ke kota ini umumnya dikombinasikan dengan paket perjalanan ke Bangkok, seperti halnya tur eksklusif yang TRAVELdonk adakan saat itu. Kunjungan satu hari ke Pattaya merupakan agenda kami di hari kedua tur ini (untuk catatan hari pertama dapat dibaca di sini).

Kami berangkat ke Pattaya dengan cara yang murah dan nyaman, yaitu menggunakan bus milik pemerintah dari Terminal Ekkamai. Harga tiket untuk perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 2 jam ini hanya 108 Baht per orang sekali jalan. Bus berhenti di terminal bus yang terletak di Jalan North Pattaya. Ketika turun di sini kami tidak menghiraukan tawaran calo-calo songthaew yang mangkal di situ dan langsung saja berjalan ke luar area terminal. Baru beberapa langkah saja ke arah timur terminal, kami menemukan semacam pusat informasi turis dimana kami dapat meminta informasi maupun peta secara gratis. Lalu dari situ kami lanjut berjalan sedikit lagi hingga lampu merah pertigaan dan menyeberang untuk naik songthaew berwarna putih yang menyusuri jalan Sukhumvit ke arah selatan menuju Pattaya Floating Market.

21 Juni 2016

Reuni Bangkok

Selfie bersama Kak Anggalia, senior sekaligus returning customer kami
Setelah lewat beberapa tahun lulus kuliah, ikut dalam acara reuni di kampus bertemu mantan teman-teman kuliah dulu memang merupakan hal yang sangat menyenangkan, karena saat itu lah kami bisa memiliki kesempatan bernostalgia dan juga mengetahui kabar terbaru dari teman-teman kami. Segera setelah acara reuni di kampus selesai, kami pun sekali lagi melakukan acara reuni kecil kami sendiri dengan seorang pelanggan lama kami. Hal ini merupakan sebuah kebahagian tersendiri sebagai seorang pengusaha. Seseorang menjadi returning customer karena sebuah alasan, yaitu puas dengan produk yang telah dikonsumsi sebelumnya. Pelanggan sekaligus senior kami di universitas yang dulu pernah ikut tur TRAVELdonk ke Singapura sebelumnya kali ini ikut jalan-jalan ke Bangkok, Thailand. Perjalanan kali ini adalah sebuah tur eksklusif baginya karena hanya beliau seorang yang kami bawa serta.

25 Maret 2016

Singapura Gak Ada Matinya

Patung Merlion di malam hari
Tak perlu diragukan lagi, Singapura merupakan destinasi wisata luar negeri nomor satu buat orang Indonesia. Jaraknya yang dekat membuat penerbangan ke negeri mungil ini seringkali lebih murah ketimbang penerbangan dalam negeri. Kemajuan infrastruktur serta keanekaragaman tempat wisata buatan tangan manusia di Negeri Singa telah menarik kurang lebih 3 juta orang Indonesia untuk berkunjung ke sana tiap tahunnya. Satu rombongan berisi 18 orang yang akan kami layani kali ini tentu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan jumlah tersebut, namun jumlah ini cukup merepotkan bagi kami yang biasanya hanya membawa kurang dari 10 orang saja dalam satu perjalanan tur. Terlebih lagi dari 18 orang tersebut ada anak kecil dan juga bayi.

Tiba lebih awal beberapa jam sebelum para peserta tur, kami berdua tidak menyia-nyiakan waktu luang yang ada dengan berkeliling Bandara Changi untuk berfoto-foto ria. Bandara yang satu ini sering dinobatkan sebagai bandara terbaik versi Skytrax setiap tahunnya. Tak berlebihan agaknya, karena memang bandara ini sangat memanjakan pengunjung dengan banyak sekali atraksi permanen dan temporer yang dapat dilihat baik di dalam area transit khusus penumpang maupun di area umum dimana semua orang dapat mengaksesnya. Dapat disimpulkan bahwa Bandara Changi bukan cuma tempat orang naik turun pesawat terbang, tapi adalah salah satu tempat wisata tersendiri di Singapura.

Changi Airport is not only the among busiest airport in the world but also the best. Many things to see inside the airport, so it's better to come early when having a flight from Changi Airport. It's even provide free tour for those who transit more than 5.5 hours. This three-terminal airport is very comfortable from its check-in line with one line system to many entertainments inside such as free internet, box-office movies, video games, thematic gardens, and many more.
 
'Kinetic Rain' di Terminal 1 Changi Airport
Kipas angin raksasa 'Daisy' di Terminal 3 Changi Airport
Atap bangunan Terminal 3 yang unik dan terkesan futuristik
Karena terlalu lama jika menunggu di bandara hingga para peserta tur datang, kami bergegas ke hotel tempat kami dan seluruh peserta menginap di area Joo Chiat. Kawasan ini merupakan pilihan tempat menginap alternatif yang cukup bagus di Singapura karena harga hotel-hotelnya cukup murah dan bukan merupakan daerah lokalisasi seperti halnya Geylang. Selain bersih dari esek-esek, pemandangan bangunan tua khas Cina Peranakan di sepanjang Jalan Joo Chiat juga cukup menarik hati. Letaknya yang jauh dari keramaian membuat Joo Chiat semakin ideal untuk menjadi pilihan tempat tinggal di Singapura. Kami pun beristirahat sejenak di kamar hotel, menenangkan diri sebelum ketenangan ini akhirnya dipecah oleh kedatangan 18 orang peserta tur kami.

Deretan rumah warna-warni di kawasan Joo Chiat yang jauh dari keramaian.
Hari sudah gelap seusai kami berdua mentransfer seluruh peserta tur dari bandara ke hotel di Joo Chiat. Segera setelah proses cek-in selesai, kami mengajak para peserta untuk keluar makan malam. Soal kuliner, kawasan ini juga merupakan tempatnya. Sehabis makan malam, para peserta kami langsung bawa ke pusat kota yang masih ramai meski sudah cukup larut. Salah satu alasan orang banyak masih nongkrong di sekitar area Marina Bay adalah untuk menonton pertunjukkan sinar 'Wonderfull Laser Show' yang selalu ditampilkan dua kali setiap hari biasa dan tiga kali sehari untuk akhir pekan. Kami menonton pertunjukkan yang pukul 23.00 dari patung Merlion. Setelah pertunjukan sinar berakhir, para peserta masih betah duduk nongkrong di sana karena memang pemandangan kota Singapura di malam hari sangat indah. Tapi kami tetap harus membujuk para peserta untuk kembali ke hotel agar acara tur esok hari dapat diikuti dengan baik.

Gedung-gedung pencakar langit yang menghiasi pemandangan malam Singapura
Tepat di pinggir Marina Bay, salah satu titik nongkrong untuk menonton pertunjukkan laser

Masih banyak tempat yang mesti dikunjungi di Singapura dan beberapa di antaranya seperti Gardens by the Bay, Orchard Road, dan Pulau Sentosa akan kami sajikan pada para peserta tur di hari-hari berikutnya. Setelah rentetan tur ini selesai pun, kami masih terus mendapat peserta tur yang ingin pergi ke Singapura. Singapura memang gak ada matinya!

Peta Dunia TRAVELdonk

Peta Dunia TRAVELdonk